Hanya

27 Oktober 2010
Benarkah Alloh itu Maha Adil?
Sungguh dosa sebenarnya ketika masih mempertanyakan hal ini? Bukankah sudah dijelaskan dalam Asmaul Husna tentang sifat-sifat Alloh?
Namun, saya sedang kalut saat ini. Seseorang yang saya butuhkan sebagai pencerah hati dan pendengar setia malah asyik dengan kegiatan lainnya. Saya butuh motivator.!!!!

Keadilan Alloh mutlak bagi hamba-hamba-Nya. Namun, dimanakah keadilan itu ketika sebuah pertahanan akan kesabaran telah dijalankan? Akankah terus bertahan sabar dan puasa bahagia? Ataukah kebahagiaan itu sudah diperoleh hanya sang manusia kurang menghargai akan sebuah nikmat, walau sebenarnya itu sekecil-kecilnya nikmat? Sungguh, saat ini saya sedang dalam proses entah apa namanya. Yang jelas, ujian kesabaran tengah dipentaskan dan lagi-lagi kualami semua ini dalam kesendirian. Apakah cinta itu hanya cukup diucapkan lewat kata-kata dan kestiaan? Tidakkah cinta lebih diwujudkan dalam bentuk rasa saling menghargai, rasa kangen dan saling perhatian terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh pasangannya itu. Bukankah akan lebih elok ketika sebuah cinta dirupakan dalam bentuk care/peduli dengan kondisi yang sedang dihadapi oleh pasangannya. Membantu dengan menghibur dan memberikan perhatian yang lebih sehingga yang tercinta akan merasa nyaman, tenang dan puas bahwa ada yang ikut memikirkan dan peduli terhadapnya. Pengorbanan cinta itu apakah sebatas setia saja tanpa ada usaha lebih dengan mewujudkan keinginan pasangannya.
Semoga saja sebuah penyadaran akan bentuk kepedulian menjadi terlaksana.

Aurat Wanita Dan Hukum Menutupnya

13 Oktober 2010
Yang menjadi dasar aurat wanita adalah:

1. Al-Qur’an

Allah SWT berfirman :

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur (jilbab)nya ke dadanya”. (QS. An-Nur : 30-31)

Ayat ini menegaskan empat hal :
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab.

Allah SWT berfirman :

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).

Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian kurung), bukan berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap mukminah dan merupakan tanda keimanan mereka.

2. Hadits Nabi SAW

Dalam riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata : Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).

Hadits ini menunjukkan dua hal:

  1. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
  2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.

Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa.

Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.

A. Aurat wanita bersama wanita

Wanita bersama dengan kaum wanita, bagaikan laki-laki bersama dengan laki-laki, diperbolehkan melihat seluruh badannya kecuali antara lutut dan pusarnya, kecuali diindikasikan akan membawa fitnah, maka tidak boleh menampakkan bagian tubuh itu. Hanya saja kepada wanita yang tidak seagama, wanita muslimah tidak boleh menampakkan auratnya sebagaimana kepada sesama wanita muslimah. Karena wanita yang tidak seagama berstatus orang lain bagi wanita muslimah. Allah berfirman :

Artinya: …atau wanita-wanita Islam…. (QS. An Nur/24:30)


B. Aurat wanita di hadapan laki-laki

Keberadaan wanita di hadapan lawan jenisnya memiliki rincian hukum yang berbeda-beda, yaitu:

a. Di hadapan laki-laki lain, yang tidak ada hubungan mahram.

Maka seluruh badan wanita adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Karena keduanya diperlukan dalam bermuamalah, memberi dan menerima.

Pandangan laki-laki kepada wajah dan telapak tangan wanita bisa diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Tidak diperbolehkan dengan sengaja melihat wajah dan telapak tangan wanita lain tanpa tujuan syar’i. Dan jika tanpa sengaja melihatnya maka segera harus memalingkan pandangan seperti yang telah dijelaskan pada pandangan faj’ah (tanpa sengaja).

2. Melihat karena ada tujuan syar’i dan tidak ada fitnah, seperti melihat untuk melamar. Rasulullah menyuruh Mughirah bin Syu’bah untuk melihat wanita yang hendak dinikahinya:

Jika salah seorang di antaramu, meminang seorang wanita maka jika ia mampu melihat bagian yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah. (H.R. Ahmad, dan Abu Daud)

Dan untuk semua tujuan itu, seseorang diperbolehkan melihat wajahnya, yang dengan melihat wajah itu sudah cukup untuk mengenalinya.

3. Memandang dengan syahwat, inilah pandangan terlarang, seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi:

Nabi saw bersabda :

“Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bagian dari zina, zina mata adalah pandangannya, zina mulut adalah ucapannya, zina telinga adalah mendengarkannya, zina tangan adalah memegangnya, zina kaki adalah melangkah menemuinya, nafsunya berharap dan berselera, kemaluannya membenarkan atau mendustakannya. (H.R. Ibnu Majah)

Asbabun nuzul ayat 30 ini sangat memperjelas kewajiban menjaga pandangan, yaitu kisah seorang laki-laki yang lewat di salah satu jalan di Madinah, ia memandangi seorang wanita. Dan wanita itupun membalas memandanginya. Setan ikut bermain menggoda keduanya, sehingga keduanya saling mengagumi. Sambil berjalan laki-laki itu terus memandangnya hingga ia menabrak tembok dan berdarah hidungnya. Ia berkata:

“Demi Allah! Saya tidak akan membasuh darah ini sebelum saya menemui Rasulullah SAW lalu saya ceritakan kejadian ini.”

Laki-laki itu segera menemui Nabi dan menceritakan kejadiannya. Nabi bersabda:

“Inilah hukuman dosamu”. Dan Allah menurunkan ayat 30 dan 31 ini.[1]

Pengecualian dalam hukum ini adalah jika berada dalam keadaan terpaksa, seperti penglihatan dokter muslim yang terpercaya untuk pengobatan, khitan, atau penyelamatan dari bahaya kebakaran, tenggelam, dsb.

b. Di hadapan laki-laki yang memiliki hubungan mahram

Ada ulama yang mengatakan bahwa dalam kondisi itu wanita hanya boleh menampakkan bagian tubuh yang biasa terlihat sewaktu bekerja, yaitu: rambut, leher, lengan, dan betis.

Allah berfirman :

“Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasan-nya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka” ( QS. An Nur/24:31)


c. Di hadapan suami

Seorang wanita di hadapan suaminya boleh menampakkan seluruh anggota badannya. Karena segala sesuatu yang boleh dinikmati, tentu boleh juga dilihat.

Allah berfirman :

kecuali kepada suami mereka, …,

Ada sebagian ulama yang mengatakan makruh melihat kemaluan. Karena Aisyah RA mengatakan tentang hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “Saya tidak pernah melihat darinya dan ia tidak pernah melihat dariku. (H.R. At Tirmidzi)

d. Budak wanita di hadapan orang yang tidak boleh menikmatinya

Aurat budak wanita di hadapan laki-laki yang tidak boleh menikmatinya adalah seperti aurat laki-laki, yaitu antara lutut dan pusar. Dan jika di hadapan tuan yang boleh menikmatinya maka kedudukannya bagaikan istri dengan suaminya.

Allah berfirman :

atau budak-budak yang mereka miliki,….

– Bersambung

Catatan Kaki:

[1] Asy Syaukani, Fathul-Qadir, (Beirut: Dar El Fikr T th) Jilid IV h.25

KETEGASAN MENDIDIK

12 Oktober 2010
Sebuah pendidikan perlu untuk diberikan jikalau memang dibutuhkan untuk diberikan. Pendidikan yang baik akan selalu koheren dengan hasil yang baik pula. Teorinya seperti itu. Dan prakteknya pun harapannya seperti itu. Kalau pun ternyat hasilnya tidak sama dengan pendidikan yang diberikan, berarti ada faktor x di sini yang perlu untuk dicermati.
Mendidik seseorang, apalagi orang terdekat kita memang menjadi tugas dan kewajiban kita. Apalagi bagi seorang ayah terhadap anak-anaknya ataupun seorang suami kepada istrinya. Mendidik mereka adalah kewajiban bagi seorang suami dan ayah. Akan berdosa malah jika sampai tidak dididik. Ada kesalahan dibetulkan dan dibenahi. Istri mengalami kesalahan, kewajiban bagi suami untuk mengingatkan dan membenahinya agar menjadi benar.
Namun, ada batasan-batasan tatkala dalam mendidik tidak diindahkan oleh istri atau pun anak-anak kita. Dibutuhkan ketegasan dan sikap berani untuk membuatnya patuh pada kita. Tentunya dengan tetap penuh kelembutan dan senyuman. (bersambung)

Doaku, Harapanku (saat ini)

11 Oktober 2010
Kebutuhan pokokku saat ini adalah seorang pendamping. Seringkali kulepaskan beban ini dengan aktivitas padat. Kualihkan pikiran ini dengan berbagai bentuk kegiatan. Namun, toh pikiran ini terasa sulit untuk memungkiri, sulit untuk diajak fresh. Ujung-ujungnya kembali pada permasalahan pokok. Lebih-lebih jika sedang dalam kesendirian dan kesunyian. Selalu ku merenung dan berpikir bahwa aku memang membutuhkan seseorang yang mengerti keadaan aku dan anak-anakku. Bagaimana kebersihan kamar juga rumah dapat terjaga rapi, bagaimana rutinitas sekolah termasuk pendampingan belajar anakku ada yang menyertai. Bagaimana ketika ada permasalahan, selalu ada orang yang menjadi teman untuk berbagi. Setidaknya peduli dan perhatian terhadap diri ini.
Doaku ya,...Alloh....
Sungguh berat cobaan-Mu padaku...
Sudah sekian waktu Engkau mengujiku...
Namun, kewajibanku buat selalu tunduk, bersyukur apapun keadaanku dan beribadah kepada-Mu. Harapanku, semoga badai ini segera berlalu.
Memangku sudah mulai terbiasa dengan suasana kesendirian seperti ini. Terima kasih ya...Alloh. Aku sudah bisa sedikit tersenyum lagi sekarang. Karena ada seseorang yang mendampingi hatiku. Namun, tetap esensi dari badai itu belumlah terpenuhi. Kebutuhanku lahir dan batin. Teman berbagi dalam suka atau pun dalam duka.
Oleh karena itu,..Ya...Rabb...
Segera anugerahkanlah kepadaku seseorang 'bidadari' yang sanggup dan siap menjadi pendamping hidupku. Dia yang mudah diberi arahan, dididik dan diajak menuju kebajikan. Jika hatinya belumlah mampu menerima itu semua, segera diberikan taufiq dan hidayah-Mu agar menjadi mau dan mampu tuk belajar. Siapapun ia. Yang mau dan mampu menerima aku dan anak-anakku. Yang siap hidup dalam kesederhanaan dan kebersamaan dengan ikhlas hati, apa adanya dan tidak neko-neko. Yang berikrar selalu setia (dalam hati, ucapan dan sikap serta perbuatan), taat dan patuh kepada suami sehidup sampai mati, hingga ajal menjemput kami.
Cukuplah sekali lagi tuk merajut bahtera ini, sampai mata ini tertutup untuk selamanya.
Aku tahu dan yakin bahwa Engkau sedang menyiapkan cerita indah buatku, buat hidupku ke depan. Kupasrahkan semuanya kepada-Mu... Ya, Tuhanku.
Aku hanyalah seorang hamba yang lemah dihadapan-Mu.
Aku saat ini sudah mulai menata lagi pernik-pernik kehidupan tuk masa depan. Aku sudah beranjak bangkit lagi,... Ya, Rabb. Lengkapilah kepadaku pendamping hidupku, pendamping sekaligus, ibu dari anak-anakku. Memang senyum anak-anakku, suara tawa mereka bisa menghapus kesedihanku, membuatku tersenyum (lagi). Namun, belumlah lengkap rasanya, jika ku masih tanpa ada belahan jiwa, hadirnya perempuan yang menjadi jantung hatiku secara nyata.
Ya, Alloh..., Ya, Tuhanku....
Sekali lagi aku bermunajat kepada-Mu. Berilah kepadaku istri dan keturunan-keturunan yang sedap dipandang mata, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin orang-orang yang bertaqwa.
Amin,.... Amin,... Ya...Rabbal Alamien.

Jangan Ajari aku dengan ketidakjujuran Atas Kata-katamu.

08 Oktober 2010
Bingung. Mungkin satu kata ini yang sedang hangat-hangatnya memenuhi pikiran ini. Betapa tidak. Sebuah informasi yang sudah dipercaya, ternyata menjadi berbeda tatkala ada informasi lain yang lebih menunjukkan kebenaran. Kepercayaan akan sebuah informasi ataupun berita sangat penting bagi kita. Mengapa? Karena kepercayaan itu mahal sekali nilainya. Sekali orang dipercaya dan amanah kemudian dipercaya lagi dan tetap istiqomah, maka insyaalloh kepercayaan itu akan melekat terus kepada orang itu. Memang berbicara masalah kepercayaan itu dimensinya sangatlah luas. Tidak memiliki satu sisi atau perspektif saja. Percaya akan pekerjaan, percaya akan kesetiaan, percaya akan komitmen, dan bentuk-bentuk rasa percaya yang lain. Mana yang baik? Sebisa mungkin kita melakukannya pada semua aspek kehidupan.
Memang, sekilas maksud kita itu hanya sebagai gurauan atau sengaja untuk menggoda. Namun, jika itu dilakukan secara terus menerus, khawatirnya akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan itu sangat bertentangan dengan sebuah idealisme seseorang.
Menanamkan kepercayaan ke orang itu penting guna kelancaran kita ke depan. Kebiasaan berkata jujur pada semua hal merupakan sesuatu yang penting. Di situ akan tercipta dan membentuk sebuah ketenangan dan kenyamanan. Janganlah suka berkata bohong. Selain itu tindakan tercela juga akan dapat berakibat balik kepada kita. Bukankah kita tidak mau dibohongi sama orang lain? Oleh karena itu, janganlah suka membohongi orang lain.
Insyaalloh dengan membiasakan berkata jujur, kita akan lebih mudah berurusan dengan orang lain dan sifat yang demikian itu mengarah pada bentuk kepribadian yang berakhlakul karimah. Amin....

PILU

07 Oktober 2010
sunyinya sepertiga malam terakhir
di pagi tadi
detakan sang waktu pelan
tidak tanda tidak ada suara lain
hantarkan diri ke pembersihan
munajatkan doa-doa
sambil tunggu suara sana
harapkan kabar berita
sapaan lembutmu itu

rasa cemas mulai melanda
kebiasaan itu tetap hanya sekali saja
sadar ataukah sengaja
burung pagi itu pun belum bersuara
warnai indahnya alam fajar
resahnya hati tatkala buntu
tiada salam sapa dan rindu
terulang waktu demi waktu

hati walau terbiasa
menata rona-rona jiwa
pelankan rindu membara
walau tak mampu membunuhnya
hanya karena sebuah cinta

hanya satu pesan
belajar terbiasa
suarakan hadirnya dimana
tuk tenangkan hati amankan rasa.
06 Oktober 2010
Masa lalu adalah pelajaran untuk masa kini, dan masa kini adalah perjuangan tuk merebut masa depan. (Chandra Eko)

Kuncup itu Telah Mekar Kembali

05 Oktober 2010
Sedianya hadir walau sebentar
Laju waktu bergerak pelan
Antarkan asa yang makin hilang
Redup sesaat memang

Ketika jeritan hati bersuara lirih
Untuk apa kau pergi
Tinggalkan luka yang belum terbayar
Begitu tegakah?

Kuncup pun tinggal tangkainya
Mahadaya sinarnya ketulusan
Mulai buka tabir kerinduan
Sinarnya pancarkan pesona
Tumbuh kembangkan rasa
Seakan mengadu berita
Mekarkan kuncup yang hampir tak bernyawa
Apakah itu sebuah pertanda?
Biarkan sang waktu menjawabnya.

Kata hatiku, curahan hatiku.

Ingin ku ulang masa-masa itu. Sebuah kebahagiaan mulai tertata rapi. Rencana yang tersusun sudah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hampir sempurna ketika prahara itu datang menerpa. Nyaris utuh ketika peristiwa itu terjadi. Ya ... Alloh. Aku bersimpuh di hadapan-Mu. Aku tak kuasa menghadapi-Mu. Melawan takdir Tuhan. Ini sudah menjadi suratan takdir kehidupanku. Alloh mungkin sedang mengujiku. Jujur, ketika aku sedang bersedih hati, ketika mimpi-mimpi belum terealisasi. Masih saja kuterngiang masa lalu.
Kini,...
Aku udah mulai bangkit lagi karena ada seseorang yang telah hadir membantu menghapus jejak masa lalu. Menggoreskan tinta kehidupan kekinian. Mengisi hari-hari ini. Sembari bertekad memulai kehidupan yang baru. Bersamamu. Mungkin ini juga sebuah takdir Tuhan. Sebuah suratan yang telah Alloh arahkan kepadaku. Yach... bersamamu. Memang sempat muncul kegalauan ketika pertama kali kukenal dirimu. Layanan jejaring sosial bukanlah tempat yang bersahabat dalam hal ini. Karena kebanyakan berisikan orang-orang yang 'hanya sekedar' mencari teman, frustasi akan nasib, mencari pelampiasan bahkan untuk kegiatan 'bisnis'. Satu tekad saat itu bahwa semuanya aku dasari untuk menebar kebajikan. Apapun itu, dimana itu dan kapanpun itu. Alhamdulillah... Hari ini, detik ini, aku masih diberi kenikmatan oleh Alloh SWT untuk tetap menebar kebajikan. Memang terkesan alim, tapi biarlah orang bicara seperti itu, biarlah persepsi apapun itu namun ku tetap berpijak dan memegang keyakinan itu. Bahwa tujuan ku hanya satu, beribadah kepada Tuhanku, Pencipta Bumi dan alam semesta ini.
Saat ini, ...
Hari-hariku udah mulai tertata lagi. Tinggal harapanku satu pada seseorang yang masih tinggal nun jauh di sana. Aku menunggumu. Tuk melengkapi lagi puzzle2 (pinjam kata salah seorang temanku) kehidupanku. Aku udah yakin akan keputusanku... Insyaalloh. Semoga segera terwujud itu. Amin.